Fazrin, Muhammad Afdalu (2018) INFERIORITAS DALAM KOMUNITAS PENGAMEN JALANAN. Fakultas Psikologi: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Text
INFERIORITAS DALAM KOMUNITAS PENGAMEN JALANAN .pdf Download (89kB) |
Abstract
Banyak pemusik jalanan yang diberi label buruk oleh masyarakat. Ada diantara pemusik jalanan yang benar-benar berkarya dengan memainkan suatu alat musik tertentu dan ada juga yang hanya memainkan alat musik mereka dengan asal-asalan, yang mereka pikir hanya uang yang mereka dapatkan. Pemain musik jalanan atau pengamen jalanan ini tidak pernah memaksa penikmatnya untuk memberikan imbalan. Bagi pemusik jalanan, berapapun penghasilan yang mereka dapatkan, itu sungguh berarti. Pada sebagian pengamen, dengan sungguh-sungguh memainkan alat musik tertentu agar bisa menghasilkan suatu alunan musik yang nyaman didengar oleh penikmat atau pendengar musik mereka. Ditengah cacian yang terus membanjir, semangat untuk berkarya dan berseni pun tidak pernah luntur dari pemusik jalanan. Pengamen Angklung New Kharisma adalah salah satu pengamen yang ada dikota Yogyakarta. Mereka tidak pernah merasa rendah diri. Mereka selalu merasa lebih dan harus terus belajar. Segala hal yang negatif, selalu mereka jadikan motivasi oleh anggota Angklung New Kharisma.
Kata Kunci: pemusik jalanan, inferioritas, komunitas seni
Item Type: | Artikel Umum |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology |
Divisi / Prodi: | Faculty of Psychology (Fakultas Psikologi) > S1-Psychology (S1-Psikologi) |
Depositing User: | Muh. Afdalu Fazrin |
Date Deposited: | 26 Jul 2018 03:59 |
Last Modified: | 26 Jul 2018 03:59 |
URI: | http://eprints.uad.ac.id/id/eprint/10823 |
Actions (login required)
View Item |