Triatmodjo, Suastiwi (2012) DUA RAGAM MAKNA PADA “RUANG DARI MASA LALU” DI PERMUKIMAN KAUMAN YOGYAKARTA. Tsaqafa - Jurnal Kajian Seni Budaya Islam, 1 (1). pp. 19-37. ISSN 9772252717005
Preview |
PDF (DUA RAGAM MAKNA PADA “RUANG DARI MASA LALU” DI PERMUKIMAN KAUMAN YOGYAKARTA)
03-tsaqafa-Suastiwi-Triatmodjo-dua-ragam-makna.pdf - Published Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial. Download (2MB) | Preview |
Abstract
Abstract
As traditional settlements, the Kauman in Yogyakarta had been born along with the founding of the city and the Yogyakarta Kingdom in 1755. This settlement rich with spaces and buildings of the past such as the City’s Great Mosque, the Ndalem Pengulon, the Ketibs’ and batik marchants’ houses, and many more. Here, space derived from the past was not only have a single meaning, for the inhabitants of Kauman Yogyakarta spaces from the past are rich with meanings. The main ingredient in this paper is part of a research for dissertation. By using phenomenological method the research was able to reveal some diverse and distinctive meaning of spaces. This is consistent with the aims of Husserlian model in phenomenologyical method, which basically want to reveal and understand the essential meanings of objects (spaces) according to the point of view of the informants or in this case the inhabitants of the settlement. Kauman Yogyakarta usually viewed as a traditional settlement with a strong cultural dan religious background, and until now it is still survive in Yogyakarta downtown. The problem in the main research is: What is the current meaning of Kauman residential space for its inhabitants? This article would only describe the two kinds of meanings that had been successfully reducted from the citizens empirical feeling when experiencing “the spaces from the past.” Those two meanings are The space needs to be
preserved and The (space of) past that still survive.
Keywords: Space, meaning, phenomenology.
Abstrak
Sebagai hunian tradisional Kauman di Yogyakarta lahir bersamaan dengan pendirian kota dan kerajaan Yogyakarta pada tahun 1755. Hunian ini memiliki ruang-ruang dan bangunan-bangunan peninggalan masa lalu yang kaya seperti Masjid Besar kota, Ndalem Pengulon, Ketibs’ dan rumah-rumah perdagangan batik, dan banyak lagi. Dalam hal ini ruang
yang berasal dari masa lalu tidak hanya memiliki makna tunggal, bagi penduduk Kauman Yogyakarta ruang-ruang peninggalan masa lalu tersebut sangat kaya dengan makna-makna. Menu utama paper ini adalah bagian dari sebuah penelitian untuk penulisan disertasi. Dengan menggunakan metode fenomenologi penelitian ini telah mampu mengungkap beberapa macam dan makna ruang. Temuan ini sejalan dengan tujuan-tujuan model metode fenomenologis Husser, yang pada dasarnyua bermaksud mengungkap dan memahami berbagai pengertian dari objek-objek (ruang) dari sudut pandang informan yang dalam hal ini ialah penduduk dari hunian yang diselidiki. Kauman Yogyakarta biasanya ditampakkan sebagai suatu hunian tradisional yang memiliki latar belakang kultur dan reliji yang kuat, dan hingga kini masih bertahan di pusat kota Yogyakarta. Permasalahan pokok penelitian ini ialah: Apakah pemahaman ruang perumahan bagi para penduduknya saat ini? Artikel ini hanya akan menjelaskan dua hal dari makna-makna yang telah berhasil dirumuskan dari perasaan empiris para penduduknya ketika mengalami “ruang-ruang peninggalan masa lalu.” Kedua makna tersebut adalah ruang yang perlu dipelihara dan ruang masa lalu yang masih bertahan.
Kata kunci: Ruang, makna, fenomenologi
Item Type: | Artikel Umum |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc |
Divisi / Prodi: | PP Muhammadiyah |
Depositing User: | Ali Tarmuji |
Date Deposited: | 03 Aug 2012 00:27 |
Last Modified: | 03 Aug 2012 00:27 |
URI: | http://eprints.uad.ac.id/id/eprint/1488 |
Actions (login required)
View Item |