PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI KAPUK UNTUK PEMBUATAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF BIODIESEL DENGAN PROSES TRANSTERIFIKASI

Salamah, Siti (2017) PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI KAPUK UNTUK PEMBUATAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF BIODIESEL DENGAN PROSES TRANSTERIFIKASI. PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI KAPUK UNTUK PEMBUATAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF BIODIESEL DENGAN PROSES TRANSTERIFIKASI. ISSN 2085-9678 (Submitted)

[thumbnail of Laporan  SIMILARITY B- 4 Salamah TK -UAD-PEMANFAATAN_LIMBAH_INDUSTRI_KAPUK_UNTUK_PEMBUATAN_.pdf] Text
Laporan SIMILARITY B- 4 Salamah TK -UAD-PEMANFAATAN_LIMBAH_INDUSTRI_KAPUK_UNTUK_PEMBUATAN_.pdf

Download (2MB)

Abstract

Penggunaan bahan bakar minyak berbasis fosil memunculkan berbagai masalah, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga dan fluktuasinya, serta polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Biodiesel dapat dijadikan satu solusi dengan memanfaatkan minyak nabati yang diubah menjadi bahan bakar ramah lingkungan (renewable). Biji kapuk yang merupakan limbah industri pembuatan isi bantal dan kasur merupakan pengahasil minyak nabati yang dapat dijadikan biodiesel. penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pembuatan biodiesel dari minyak biji kapuk sehingga meningkatkan daya guna dan nilai ekonomi dari biji kapuk yang selama ini hanya menjadi pakan ternak dan limbah yang dibuang .
Proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati umumnya dilakukan melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa. Proses ini membutuhkan bahan baku minyak dengan FFA (Free Fatty Acid). ) < 2%. Minyak dengan FFA tinggi tidak dapat langsung diaplikasikan dengan metode tersebut karena asam lemak akan bereaksi dengan katalis basa menghasilkan sabun yang akan mempersulit proses pemisahan ester (biodiesel) dengan gliserol. Kandungan FFA yang tinggi perlu diturunkan kadar FFA-nya hingga < 2% melalui reaksi esterifikasi asam. Proses pembuatan biodiesel dilakukan dengan cara mereaksikan minyak dengan methanol dengan ditambah 1 gram KOH sebagai katalis. dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan pendingin balik, pengaduk pada 400 rpm, suhu reaksi 600C, serta water batch sebagai pemanas selama 1 jam. Hasil reaksi yang didapat, diendapkan selama ±24 jam untuk memisahkan biodiesel dengan gliserol, Biodiesel yang diperoleh dicuci dengan aquadest sebanyak 10% volume biodiesel, kemudian aquadest dan biodiesel dipisahkan secara gravitasi. Biodiesel yang diperoleh didestilasi untuk memisahkan KOH, sabun dan air yang masih tersisa. Proses ini diulang dengan menggunakan variasi perbandingan mol minyak: mol metanol dengan ratio molar 1:4; 1:5; 1:6; 1:7; dan 1:8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penurunan FFA minyak biji karet dengan esterifikasi menggunakan katalis asam sulfat pekat 10 ml dengan waktu reaksi optimum 2 jam, semakin tinggi ratio molar methanol dibanding minyak biji kapuk maka volume biodiesel yang dihasikan semakin besar. Hasil biodiesel optimum terjadi pada reaksi dengan ratio molar minyak biji kapuk terhadap methanol 1:6 dengan hasil sebesar 89.5% v/v.

Kata kunci : Bahan bakar alternatif, Biodiesel, Transesterifikasi

Item Type: Artikel Umum
Subjects: T Technology > TP Chemical technology
Divisi / Prodi: Faculty of Industrial Technology (Fakultas Teknologi Industri) > FTI Doc
Depositing User: Mrs Siti Salamah
Date Deposited: 26 Jan 2017 06:59
Last Modified: 26 Jan 2017 06:59
URI: http://eprints.uad.ac.id/id/eprint/5361

Actions (login required)

View Item View Item