Ikhsanudin, Azis and Lolita, Lolita EDUKASI DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang ) OBAT PADA ANAK USIA DINI DI WILAYAH DUSUN SENGGOTAN KELURAHAN TIRTONIRMOLO KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA. Universitas Ahmad dahlan. (Unpublished)
Other (Laporan Kegiatan)
Laporan Akhir PM non reguler_A94_nov2024_azisikhsanudin(1).pdf_fix.pdf Download (1MB) |
Abstract
Resistensi antibiotik merupakan salah satu masalah global, termasuk di Indonesia. Pada
tahun 2014, WHO menyatakan bahwa masalah ini merupakan ancaman serius bagi kesehatan
masyarakat, termasuk di Indonesia. Data WHO menunjukkan bahwa setidaknya ada 2.049.442
kasus kesakitan karena resistensi antibiotik dan 23.000 diantaranya meninggal dunia [1]. Peningkatan resistensi antibiotik disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Kondisi ini menuntut pengendalian penggunaan
antibiotik secara bijaksana serta perbaikan sanitasi guna menekan risiko infeksi bakteri. Dampak
resistensi antibiotik ini selain berdampak terhadap diri pasien juga dapat menyebabkan biaya
pengobatan menjadi lebih tinggi sehingga membahayakan tujuan nasional dalam pengendalian
penyakit serta ketahanan pangan. Salah satu kondisi yang dapat meningkatkan resiko resistensi
adalah kurang pengetahuan dalam pemilihan obat pada pengobatan berbasis swamedikasi [2]. Swamedikasi merupakan tindakan seseorang dalam mengatasi keluhan kesehatan secara
mandiri dengan membeli obat bebas di apotek atau toko obat tanpa resep dokter. Antibiotik
merupakan salah satu obat keras yang sering disalahgunakan sehingga memicu resistensi
antibiotik. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021
tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik, Pasal 3, penggunaan antibiotik wajib didasarkan pada
resep dokter atau dokter gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan [2], [3]. Penggunaan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri saat ini menunjukkan peningkatan
yang signifikan. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju, sebanyak 40-60%
penggunaan antibiotik tidak dilakukan secara tepat. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional ini
dapat menimbulkan berbagai masalah, termasuk resistensi antibiotik, konflik medis, hingga dampak ekonomi. Untuk itu perlu ada edukasi kepada masyarakat terkait pemilihan, penggunaan obat yang baik dan benar, salah satunya dengan metode penyuluhan DAGUSIBU. DAGUSIBU merupakan program dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan informasi obat oleh tenaga kefarmasian. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 tentang pekerjaan kefarmasian.
Item Type: | Artikel Umum |
---|---|
Subjects: | A General Works > AC Collections. Series. Collected works A General Works > AI Indexes (General) |
Depositing User: | Azis Ikhsanudin |
Date Deposited: | 15 Jan 2025 01:34 |
Last Modified: | 15 Jan 2025 01:34 |
URI: | http://eprints.uad.ac.id/id/eprint/78430 |
Actions (login required)
View Item |