BUKU AJAR TEORI SASTRA: FEMINISME, POSKOLONIAL DAN TANTANGAN KRITIS DI ERA KONTEMPORER

Wajiran, Wajiran (2025) BUKU AJAR TEORI SASTRA: FEMINISME, POSKOLONIAL DAN TANTANGAN KRITIS DI ERA KONTEMPORER. Uwais Inspirasi Indonesia, Ponorogo. ISBN 978-623-133-685-9

[thumbnail of BUKU AJAR TEORI SASTRA: FEMINISME, POSKOLONIAL DAN TANTANGAN KRITIS DI ERA KONTEMPORER] Text (BUKU AJAR TEORI SASTRA: FEMINISME, POSKOLONIAL DAN TANTANGAN KRITIS DI ERA KONTEMPORER)
BUKU TEORI SASTRA FEMINISME POSKOLONIAL_DAN_TANTANGAN_KRITIS.pdf - Published Version

Download (1MB)

Abstract

tudi sastra adalah bidang yang terus berkembang dan
tumbuh subur di persimpangan berbagai perspektif, teori,
dan metodologi. Selama beberapa dekade, teori sastra
telah menyediakan kerangka kerja kritis untuk mengkaji teks
dengan cara-cara yang melampaui pembacaan tradisional. Hal
itu memungkinkan para akademisi untuk menginterogasi isu-isu
identitas, kekuasaan, lingkungan, dan peran pembaca (Wajiran,
2022). Buku ini bertujuan untuk menjadi panduan komprehensif
untuk paradigma teoretis utama dalam sastra. Buku ini berusaha
menawarkan wawasan tentang arah kritik sastra di masa lalu,
sekarang, dan masa depan. Dengan mengeksplorasi luasnya
Teori Feminis, Teori Queer, Teori Pascakolonial, Teori Respons
Pembaca, Teori Ekokritik, Teori Sastra Komparatif, dan
perdebatan kontemporer, karya ini menerangi potensi
transformatif dari pendekatan-pendekatan teoritis dalam
memperkaya pemahaman kita tentang teks.
Teori feminis, salah satu gerakan yang paling
berpengaruh dalam studi sastra, berusaha untuk mengatasi
ketidakseimbangan kekuasaan dan representasi antar gender
dalam sastra. Teori ini berakar pada aktivisme tokoh-tokoh
seperti Mary Wollstonecraft dan Simone de Beauvoir
(Khudhair, 2023). Teori Feminis menginterogasi struktur
patriarki, mengeksplorasi subjektivitas perempuan, dan meneliti
penggambaran perempuan dalam teks sastra. Dari karya-karya
terobosan Virginia Woolf hingga kritik interseksional dari Bell
Hooks, Teori Feminis terus berkembang dengan memasukkan
beragam suara, menantang gagasan universalis tentang gender,
dan merangkul perspektif global.
Terkait erat dengan teori feminis adalah Teori Queer,
sebuah kerangka kerja kritis yang muncul dari pemikiran
pascastrukturalis dan aktivisme komunitas LGBTQ+. Para
cendekiawan seperti Judith Butler dan Eve Kosofsky Sedgwick
merevolusi studi sastra dengan meragukan gagasan-gagasan
yang sudah baku tentang gender dan seksualitas (Liu, 2022).
Teori Queer menantang heteronormativitas, mempertanyakan
kategorisasi biner, dan menekankan keluwesan dalam identitas
dan interpretasi. Penerapannya dalam sastra mengungkap narasi
subversif, subteks queer yang tersembunyi, dan cara-cara di
mana teks-teks tersebut memperkuat atau mengganggu ideologi
seksual yang dominan.
Teori pascakolonial yang dipelopori oleh para
cendekiawan seperti Edward Said, Homi K. Bhabha, dan
Gayatri Chakravorty Spivak, membahas dampak jangka panjang
dari kolonialisme terhadap budaya, identitas, dan sastra. Melalui
konsep-konsep seperti Orientalisme, mimikri, dan hibriditas,
teori pascakolonial menginterogasi dinamika kekuasaan antara
penjajah dan terjajah (Grzȩda, 2013). Perspektif ini sangat
penting dalam menganalisis bagaimana sastra menggambarkan
perpindahan budaya, perlawanan, dan reklamasi identitas
pribumi. Teori pascakolonial selanjutnya bersinggungan dengan
teori feminis dan queer untuk mengeksplorasi penindasan yang
dialami oleh kelompok-kelompok yang terpinggirkan.

Item Type: Book
Subjects: A General Works > AS Academies and learned societies (General)
P Language and Literature > PG Slavic, Baltic, Albanian languages and literature
P Language and Literature > PQ Romance literatures
P Language and Literature > PR English literature
Divisi / Prodi: Faculty of Letters (Fakultas Sastra) > S1-English Letters(S1-Sastra Inggris)
Depositing User: wajiran wajiran
Date Deposited: 03 Jun 2025 06:33
Last Modified: 03 Jun 2025 06:33
URI: http://eprints.uad.ac.id/id/eprint/83954

Actions (login required)

View Item View Item