Wajiran, Wajiran (2023) INFILTRASI IDEOLOGI DAN BUDAYA BARAT RUNTUHKAN IDENTITAS BANGSA. UAD PRESS, Yogyakarta. ISBN 978-623-8449-03-3
Text (Infiltrasi Ideologi dan Budaya Barat Runtuhkan Identitas Bangsa)
INFILTRASI IDEOLOGI BARAT FIX TERBIT.pdf Download (2MB) |
Abstract
Kebudayaan memiliki peran penting di dalam kehidupan manusia. Kebudayaan merupakan hasil karya cipta manusia. Oleh karena itu, dari kebudayaanlah seseorang atau suatu komunitas dikatakan beradab atau tidak beradab. Sebuah negara akan dikenal dan dihormati karena keluhuran budayanya. Itu sebabnya, negara-negara maju selalu menjastifikasi keberadaban negaranya dengan keunggulan produk budayanya.
Budaya, sebagai hasil cipta rasa dan karsa manusia (Koentjaraningrat, 2009). Menunjukan bahwa manusia yang kreatif akan melahirkan sebuah budaya. Kreativitas manusia inilah yang kemudian menjadi simbol kemajuan sebuah bangsa. Itu sebabnya, produk budaya merupakan kekuatan yang dapat dijadikan media untuk menaklukan negara lain. Dengan produk budaya, suatu bangsa dengan mudah menyebarkan suatu paham atau ideologi pada negara lain. Dengan demikian, negara lain tunduk dan menghormati negara yang berkebudayaan maju tersebut.
Amerika adalah salah satu negara Adidaya yang diakui karena budayanya dianggap lebih maju. Negara ini, dengan segala daya upaya menciptakan sebuah image building bahwa negaranya adalah negara yang paling beradab di muka bumi. Amerika dengan kekuatan militernya tidak akan mampu menundukan atau menguasai negara-negara lain. Tetapi dengan produk budaya yang popular di dunia, negara ini mampu menciptakan image yang positif terhadap negara tersebut. Bahkan semua orang mengkui bahwa negara ini dinamakan negara super power.
Image sebagai negara super power tidak serta merta di dapatkan Amerika Serikat hanya karena kecanggihan teknologi persenjataan perang. Tetapi lebih banyak pada kemampuan media massa dan juga media komunikasi yang secara gencar mempromosikan produk budaya negara tersebut. Amerika dengan perangkat media komunikasi yang canggih dapat menyebarkan segala informasi yang secara politis mendukung kebijakan negaranya. Hal ini adalah bagian penting dari sebuah diplomasi ideologis yang dapat merubah persepsi umum tentang suatu negara. Di samping itu, Amerika juga dengan berbagai produk budayanya; film, lagu, mode pakaian, makanan dan bahkan minuman mampu memberikan model kepada semua golongan. Hal ini tentu sebuah kemenangan bagi negara tersebut sebagai negara yang dianggap lebih maju.
Keterpurukan Suatu Bangsa
Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa kepulauan yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. Di berbagai sumber, menyebutkan bahwa Indonesia dengan negara kepulauan yang memiliki lebih dari seribu tiga ratusan suku dan etnis (Isaacs, 1993). Adanya berbagai macam etnis dan suku melahirkan adanya beragam kebudayaan daerah yang dapat memperkaya kebudayaan nasional. Budaya daerah ini sangat penting kedudukanya di dalam membangun masyarakat Indonesia, jika saja kebudayaan ini diberdayakan dan dijaga secara maksimal. Sayangnya, kebudayaan itu ‘terbengkalai’ karena tidak dilestarikan oleh masyarakatnya sendiri. Walhasil, kebudayaan lokal mengalami kemorosotan nilai di dalam masyarakat bangsa ini.
Kemerosotan bangsa dan negara ini diakibatkan oleh lemahnya manusia Indonesia dalam bidang budaya. Akibatnya, masyarakat kita hanya menjadi pengekor bangsa lain. Kondisi ini menunjukan bahwa kreativitas masyarakat sangat lemah. Padahal, dalam percaturan global segalanya berawal dari kebudayaan. Kebudayaan yang menunjukan masyarakat dalam berkarya, mampu memberikan warna dalam kehidupan.
Budaya mengekor itu menjadikan kedudukan bangsa kita sangat lemah di mata Internasional. Secara politik, sosial dan ekonomi kita sangat tergantung dengan negara lain. Ironisnya, ketergantungan kita ini bukan hanya pada persoalan-persolan besar, tetapi juga hal-hal kecil. Seperti contoh; model makanan, pakaian dan minuman kita lebih membanggakan produk budaya lain daripada budaya sendiri. Alhasil, budaya konsumtif di negeri ini sacara langsung telah mengancam eksistensi bangsa ini. Bangsa Indonesia mengalami krisis identitas yang berakibat melemahnya ideologi negara karena sikap warganya sendiri yang tidak cinta pada produk budaya sendiri.
Budaya mengekor bangsa lain juga telah mengikis karakteristik bangsa kita yang ramah, suka ber-gotong royong dan hidup sederhana. Nilai-nilai ini saat ini sudah berganti dengan budaya hedonis dan materialis yang merongrong ekonomi masyarakat kita sendiri. Karena kita hanya penikmat produk-produk budaya asing yang menjamur di negeri ini. Produk teknologi komunikasi, kendaraan bermotor adalah produk yang paling laris di negeri ini. Ironisnya semua produk itu adalah buatan luar negeri yang keuntungannya untuk negara asal barang itu, sedangkan masyarakat di negeri ini hidup dalam kemiskinan.
Percaturan budaya yang sudah semakin terbuka, memungkinkan masyarakat berinteraksi dengan budaya Asing. Itu sebabnya, menghindarkan diri dari pengaruh budaya asing adalah suatu kemustahilan saat ini. Hanya saja, kita harus bisa membedakan mana budaya asing yang sesuai dengan nilai-nilai luhur; baik secara agama maupun budaya lokal, local wisdom. Ada banyak budaya asing yang sangat berpengaruh di dalam masyarakat; baik dari Arab, India, China, Belanda, Jepang, Korea dan Barat (Amerika Serikat). Hanya saja, dari semua kebudayaan yang datang dan diimplementasikan di dalam masyarakat tidak seutuhnya sesuai dengan nilai-nilai norma ketimuran bangsa Indonesia. Dari sekian kebudayaan Asing yang ada di Indonesia, kebudayaan Korea dan Amerika Serikat adalah budaya yang peling berpengaruh terhadap generasi muda di Indonesia. Kebudayaan Amerika adalah kebudayaan yang paling besar pengaruhnya baik secara positif maupun negatif (Kusumawardhani & Deasy Silvya Sari, 2021).
Kembali Pada Ideologi
Ideologi adalah sebuah gagasan atau konsep yang menjadi pedoman kehidupan dalam sebuah komunitas. Itu sebabnya kalau diartikan secara lengkap ideologi adalah kumpulan ide-ide, gagasan, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keagamaan (Wahyudi, 2006). Dalam hal ini, ideologi memiliki derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan. Ideologi digunakan untuk merepresentasikan pandangan dan juga prinsip yang melandasi suatu masyarakat dalam menyelesaikan suatu persoalan dalam kehidupan. Ideologi akan memberikan ciri tersendiri kepada suatu negara sebagai suatu identitas (baca: Identititas bangsa). Identitas inilah yang menyatukan berbagai perbedaan itu dalam suatu wadah yang lebih besar yang dinamakan dengan ideologi negara.
Peranan ideologi menjadi sangat penting karena fungsi ideologi sebagai sarana memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia secara individual. Ideologi sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua (Founding fathers) dengan generasi muda (Setiardja & Gunawan, 1991). Ideologi juga sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu, masyarakat dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan bersama (Bettiza, Bolton, & Lewis, 2023).
Ideologi Pancasila merupakan kumpulan gagasan dan pandangan hidup yang telah dihasilkan dari pemikiran para pendiri bangsa ini. Fungsi ideologi Pancasila memiliki peran sentral bagi terbentuknya identitas bangsa yang membedakan bangsa ini berbeda dengan bangsa lain. Pancasila dengan kelima sila itu telah memberikan arah dan gerak hidup masyarakat bangsa Indonesia dengan komprehensivitas yang sangat memadai dan sesuai dengan adat dan budaya masyarakat bangsa. Sayangnya, adanya perkembangan jaman dan perkembangan teknologi, justru menggerus nilai-nilai luhur bangsa yang tertuang dalam Pancasila. Masyarakat kita lebih gandrung dengan paham atau ideologi asing dibandingkan idelologi sendiri.
Peranan agama dalam pembentukan sebuah keberadaban sangat penting. Dalam hal ini agama diakui sebagai sumber peradaban manusia yang paling utama (Mansbach, Richard, W., 2008). Agama-agama besar adalah bangunan-bangunan dasar bagi peradaban-peradaban besar Christopher Dawson (Huntington, 1996: 52). Terutama agama Islam yang mampu menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan nilai-nilai yang ditawarkan. Islam menyebar tidak semata-mata melalui invasi atau peperangan, tetapi nilai-nilai Islam ini telah mampu menyedot perhatian banyak orang, termasuk sebagian besar orang barat itu sendiri.
Kondisi ini jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada agama Kristen yang dipelopori oleh Barat. Agama ini perseberannya lebih banyak disebabkan oleh adanya peperangan atau penaklukan. Model penjajahan atau penaklukkan telah mendominasi perseberan agama ini. Geoffrey Parker (via Huntington, 1996: 58) menyatakan bahwa Negara Barat mampu menaklukkan dunia bukan karena keunggulannya dari segi ide-ide (religius), nilai-nilai ataupun agama (padanya sebagian kecil masyarakat dari peradaban lain menjadi pemeluk), tapi lebih disebabkan oleh pengerahan kekerasan yang terorganisir. Kenyataan ini masih dapat juga kita jumpai dari model-model kebijakan Amerika Serikat yang selalu mengakhiri kebijakan dengan peperangan. Kasus Iraq (2003), Afganistan (2001), dan beberapa kemungkinan terhadap Iran. Isu akhir yang paling mengkhawatirkan adalah persaingannya dengan China. Ketegangan antara Amerika dengan China dalam hal wilayah laut China Selatan memungkinkan Amerika menggunakan segala cara untuk menaklukan China yang selama ini dianggap sebagai ancaman.
Gambaran di atas merupakan bukti otentik perang budaya sudah menjadi suatu keniscayaan. Perang fisik atau pun apa yang lebih dikenal dengan perang psikologis sudah terjadi di berbagai negera dan di berbagai kesempatan. Itu sebabnya negara yang kuat adalah negara yang konsisten dengan nilai-nilai ideologi bangsanya dan juga budaya yang dapat mengikat persatuan dan kesatuan di negara tersebut. Ideologi negara harus bersifat mengikat dan memaksa seluruh rakyat agar berada di koridor yang benar.
Salah satu jalan mengembalikan jati diri bangsa adalah dengan kembali pada ideologi bangsa. Pancasila harus diajarkan kembali kepada generasi penerus, karena mereka adalah masa depan bangsa ini bertumpu. Jika generasi muda sudah banyak yang melupakan bahkan meninggalkan ideologi bangsa ini maka sudah dapat dipastikan bangsa ini pun akan semakin pudar bersamaan dengan pudarnya pemahaman mereka terhadap jati diri bangsa mereka.
Item Type: | Book |
---|---|
Subjects: | P Language and Literature > PQ Romance literatures P Language and Literature > PR English literature P Language and Literature > PS American literature |
Divisi / Prodi: | Faculty of Letters (Fakultas Sastra) > S1-English Letters(S1-Sastra Inggris) |
Depositing User: | wajiran wajiran |
Date Deposited: | 18 Nov 2024 03:18 |
Last Modified: | 18 Nov 2024 03:18 |
URI: | http://eprints.uad.ac.id/id/eprint/77392 |
Actions (login required)
View Item |